Rabu, 10 Oktober 2012

Esai Hadiyansyah Anwar


Program Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa dalam Rangka Mewujudkan Kepedulian Sosial Mahasiswa
Hadiyansyah Anwar
Mahasiswa Departemen Agribisnis
Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680, Indonesia

Latar Belakang

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia tidak terjadi dalam kurun waktu yang singkat. Kasus ini bahkan telah menjadi sebuah hal yang biasa terjadi di negeri ini. Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena terkait dengan permasalahan keterbatasan. Keterbatasan untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerjasama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.

Saat ini tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 11,96% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 230 juta jiwa. Sebagian besar penduduk desa merupakan kelompok yang termasuk ke dalam kelompok masyarakat miskin. Hal ini menimbulkan dampak munculnya keinginan setiap warga desa untuk melakukan urbanisasi.

Pada tahun 2025 Indonesia diperkirakan memiliki angkatan kerja dalam jumlah yang banyak. Para peneliti dari LIPI menggambarkan komposisi tenaga kerja Indonesia pada tahun tersebut diibaratkan seperti sebuah kendi karena komposisi pemudanya lebih banyak dibandingkan dengan kelompok masyarakat usia anak-anak dan usia dewasa.

Jika memang benar hal tersebut akan terjadi maka supply tenaga kerja di Indonesia akan sangat melimpah. Hal yang menjadi masalah adalah munculnya persaingan terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan apalagi jika persaingan ini melibatkan penduduk desa. Mayoritas penduduk desa selama ini berpandangan bahwa hidup di daerah perkotaan akan lebih menjanjikan kesejahteraan dibandingkan hidup di pedesaan. Kondisi melimpahnya supply tenaga kerja di Indonesia tentu merugikan bagi penduduk desa sebab bagi mereka yang beranggapan hidup di kota akan lebih sejahtera, mereka akan bersaing satu sama lain. Sudah seharusnya ini menjadi concern utama bagi para generasi muda khususnya mahasiswa. Program-program pemberdayaan masyarakat merupkan program yang perlu diusung oleh kalangan mahasiswa, agar masyarakat di pedesaan mampu mengoptimalkan potensi yang ada di setiap daerahnya masing-masing dengan melaksanakan berbagai kegiatan yang bernilai ekonomi. Lebih jauh lagi nantinya program tersebut diharapkan mampu menyebar luas di kalangan mahasiswa sehingga tercipta kualitas moral yang baik dan kepekaan sosial yang tinggi di kalangan mahasiswa.

Kemiskinan dan Program Pemberdayaan Masyarakat

Dewasa ini kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang paling krusial bagi negara-negara berkembang, salah satunya adalah negara Indonesia. Kemiskinan di Indonesia ini sendiri secara riil tersebar mulai dari wilayah pedesaan hingga di wilayah perkotaan. Kemiskinan di wilayah pedesaan tercermin dari rendahnya kualitas infrastruktur dan tingkat upah tenaga kerja masyarakat, sehingga mengakibatkan minimnya aksesibilitas masyarakat pedesaan terhadap hal-hal penting seperti informasi, kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan untuk wilayah perkotaan, kemiskinan terlihat dari tingginya jumlah pengangguran akibat ketidakseimbangan antara jumlah lapangan pekerjaan dan jumlah angkatan kerja yang ada di perkotaan, hal ini dipicu oleh tingginya jumlah populasi masyarakat di perkotaan yang pada umumnya dilatarbelakangi oleh tingkat urbanisasi masyarakat dari pedesaan ke perkotaan. Urbanisasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dari wilayah pedesaan ke wilayah perkotaan. Terdapat dua faktor umum yang memicu terjadinya urbanisasi, yakni faktor penarik dan faktor pendorong. Faktor penarik antara lain tingkat upah di kota yang lebih tinggi, keamanan di kota lebih terjamin, kebebasan pribadi lebih luas, dan hiburan lebih banyak. Beberapa hal yang termasuk faktor pendorong yaitu kehidupan desa yang cenderung statis, jumlah lapangan kerja yang rendah, dan pendapatan yang rendah.

Data survei penduduk antarsensus (Supas) 1995 (yang dikutip dari Biro Pusat Statistik) memperlihatkan bahwa tingkat urbanisasi di Indonesia pada tahun 1995 adalah 35,91 persen yang berarti bahwa 35,91 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Tingkat ini telah meningkat dari sekitar 22,4 persen pada tahun 1980 yang lalu. Sebaliknya proporsi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan menurun dari 77,6 persen pada tahun 1980 menjadi 64,09 persen pada tahun 1995. Dengan menggunakan data perkembangan migran yang sama, diproyeksikan penduduk daerah perkotaan berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dan daerah pedesaan untuk tahun-tahun selanjutnya yang mana menggambarkan terjadinya peningkatan tingkat urbanisasi yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan dari tahun ke tahun.

Dari penjelasan di atas, semestinya suatu desa mampu mengelola sumberdaya yang ada di wilayahnya, baik itu sumber daya alam maupun sumberdaya manusia. Masyarakat desa merupakan kelompok yang boleh dikatakan mengalami perkembangan yang lebih lambat dibandingkan di kota, apalagi di daerah pelosok-pelosok. Perlu ada kelompok yang memegang fungsi pemberdayaan terhadap masyarakat desa. Pemberdayaan masyarakat bukan tidak hanya sebatas kegiatan bantuan yang diberikan terhadap masyarakat desa. Pemberdayaan masyarakat berarti mengelola sumberdaya manusia yang ada sehingga tercipta nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat bersama, perlu diperhatikan pula aspek kemandirian dan keberlanjutannya.

Peran pemberdayaan masyarakat sebenarnya telah dipegang oleh pemerintah di pedesaan itu berada, namun peran tersebut masih dirasa kurang karena masih kentalnya tradisi masyarakat setempat terhadap dan keengganan untuk menerima perkembangan zaman. Sebagai sebuah kelompok yang dinamis, mahasiswa merupakan sosok yang dianggap pas dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat. Di mata masyarakat desa mahasiswa merupakan figur seorang figur yang cerdas dan berwawasan luas, sehingga jika ada informasi yang berasal dari kelompok mahasiswa mereka akan lebih mudah untuk menerima dan mempercayainya.

Program pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dapat diterapkan terhadap beberapa bidang kehidupan masyarakat, yaitu:

1. Bidang Pendidikan
Perhatian masyarakat desa terhadap aspek pendidikan khususnya bagi anak-anak mereka sendiri masih relatif rendah. Sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anak-anaknya akan lebih baik jika setelah lulus sekolah tingkat dasar mereka membantu orangtuanya untuk bekerja dan menghasilkan uang. Perlu penjelasan tentang pentingnya pendidikan demi keberlangsungan hidup di masa depan. Setidaknya perlu ada stimulus bagi anak-anak di pedesaan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Bidang Ekonomi
Kegiatan perekonomian masyarakat desa di Indonesia sebagian besar berada di bidang pertanian. Kemampuan pemasaran yang mereka terapkan sangatlah minim, sehingga produk-produk yang dihasilkan masih berupa produk primer pertanian. Adanya kelompok UMKM, UKM, Gapoktan, dan KWT merupakan peluang besar dalam meningkatkan nilai jual produk primer yang selama ini mereka hasilkan. Kelompok usaha tersebut memerlukan bimbingan tentang proses pengolahan produk, manajemen keuangan, pembukuan, dan ilmu-ilmu dasar tentang ekonomi sehingga mereka dapat menghasilkan produk yang memniliki nilai tambah. Hal ini juga akan berdampak positif terhadap pendapatan dan sumberdaya manusia yang dapat terberdayakan.

3. Bidang Kesehatan dan Lingkungan
Kondisi geografis termasuk sumberdaya alam yang ada di dalamnya perlu dikelola dengan sebaik mungkin. Pengelolaan sampah, kebersihan rumah, MCK, dll menjadi hal penting yang harus dijaga demi menjaga kesehatan, sebab sampai saat ini masih banyak sekali masyarakat di pelosok-pelosok daerah yang kurang memberikan perhatian terhadap kesehatan terutama kondisi lingkungannya.

Beberapa bidang kehidupan yang dijelaskan diatas hanyalah sebagian kecil peran pemberdayaan masyarakat yang dapat dilaksanakan oleh mahasiswa. Kepekaan sosial bagi mahasiswa sudah sepatutnya dimiliki dan melekat dalam dirinya. Pemanfaatan media sosial dalam menginformasikan berbagai macam kegiatan pemberdayaan masyarakat mampu memberikan edukasi yang luas kepada semua orang terhadap pentingya peran pemberdyaan masyarakat.

Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di kalangan mahasiswa harus mampu menyebar secara luas dan menyeluruh. Atas berbagai macam kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan maka mahasiswa-mahasiswa akan belajar untuk saling berbagi, menghormati, dan menghargai antar sesama. Hal ini sendiri akan berdampak positif terhadap peningkatan kepedulian sosial di kalangan mahasiswa. Lebih jauh lagi, peran pemberdayaan masyarakat akan dirasakan langsung oleh masyarakat desa yang menjadi sasaran dalam upaya menciptakan kesejahteraan di lingkungan pedesaan.

Esai Erlangga Ryansha


Memaknai Dimensi Pergerakan Mahasiswa 
Erlangga Ryansha/H14100132


Keberadaan mahasiswa sebagai tiang pancang pergerakan bukanlah hal yang bisa dipandang sebelah mata. Mahasiswa awalnya identik dengan kaum intelektual, kaum progresif yang memiliki ide-ide dan gagasan-gagasan. Selain itu, mahasiswa juga dikenal sebagai agent of change yang seharusnya mampu membuat arus perubahan yang signifikan bagi kemajuan suatu bangsa dan memiliki tanggung jawab moral untuk berdiri di garda terdepan dinamika kepemimpinan bangsa. Pada awalnya terdapat empat fungsi mahasiswa yakni agent of change, direct of change, iron stock, dan moral force. 

Itulah mengapa mahasiswa sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perubahan negeri ini, selain tanggung jawab mereka terhadap kegiatan akademik mereka. Namun, pada era ini, justru mahasiswa kehilangan ruh sebagai penggerak/penggagas dari suatu perubahan. Banyak mahasiswa yang sudah meninggalkan kebesaran identitas ke-mahasiswa-an mereka. Mahasiswa lebih cenderung berpikir pragmatis dan individualistis.

Selain itu, pada era ini juga terjadi distorsi dari karakter moral pribadi dan kebebasan individu akibat dari keberhasilan akademis naturalisme melakukan intervensi akademis dimana ada tindakan bahwa tidak ada Tuhan yang transenden dapat menyatakan diri-Nya kepada manusia dan atau siapa yang mampu mengendalikan urusan pencipta. Selain itu, terjadi distorsi karakter moral dan etika dikarenakan globalisasi yang ada. 

Peran mahasiswa sendiri tidak boleh dibatasi pada pergerakan semata. Namun secara umum, gerakan yang seharusnya terbangun adalah gerakan yang memiliki ruang lingkup fleksibel. Sebut saja gerakan vertikal dan horizontal yang terlihat abu-abu secara kasat mata. Mengapa abu-abu? Sebab tidak ada sekat yang jelas di antara keduanya yang memang dinilai perlu berjalan berdampingan. Gerakan vertikal yang menekankan pada penyaluran aspirasi kepada pemerintah atau sering dikenal dengan bottom up adalah langkah primer dalam menginisiasikan perubahan di masa menjelang reformasi lalu.

Dalam perjalanannya ternyata gerakan vertikal bisa dilihat dari kacamata moral. Jelas, menyuarakan kepentingan rakyat dengan gerakan turun ke jalan atau kajian adalah simbol hadirnya kedigdayaan mahasiswa. Di sisi lain, amat mendesak untuk dibangun gerakan horizontal yang tak kalah signifikan. Gerakan horizontal ialah gerakan basis ke masyarakat berupa pengembangan masyarakat (community development), bakti sosial, dan sebagainya.

Dilatarbelakangi kepekaan sosial yang tumbuh dari jiwa mahasiswa, pembangunan gerakan horizontal memang tak mudah. Tidak ada standar yang sama sejauh mana gerakan ini harus dilakukan. Namun, yang sering kali sangat disayangkan gerakan ini lebih bersifat satu arah bukannya memberdayakan. Sementara gerakan vertikal juga tak mampu berbicara banyak. 

Peningkatan kualitas moral ditelaah dari peran mahasiswa sejatinya memang diejawantahkan dalam gerakan vertikal. Gerakan inti utama mahasiswa ini akan menjadi semacam corong yang berfungsi untuk mengontrol (social control) kebijakan-kebijakan secara bottom-up. Secara nyata juga mahasiswa sebagai iron stock pengisi pos-pos kepemimpinan bangsa nantinya dituntut untuk kritis dalam menjalankan fungsinya sebagai agen perubahan itu sendiri. Dapat dikatakan, mahasiswa adalah dinamisator perubahan masyarakat sekaligus katalisator yang mempercepat perubahan sosial yang telah, akan, dan sedang berlangsung baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 

Sementara, kepekaan sosial yang diimplementasikan dalam gerakan horizontal digadang-gandang sebagai gerakan riil mahasiswa yang ditujukan sebagai penyeimbang gerakan vertikal. Melaluinya ada visi yang ingin dicapai, yaitu memberikan solusi dan kontribusi nyata atas permasalahan yang ada di tengah kondisi masyarakat yang mungkin sudah cukup lelah dengan pemerintahnya saat ini. Mahasiswa kemudian hadir menempati singgasana yang dekat dengan masyarakat, baik dalam arti masyarakat kampus maupun di luar kampus. Merupakan jembatan pada ranah sosial antara dunia teoritis dan dunia empiris dalam arti pemetaan dan pemecahan masalah-masalah kehidupan sosial di masyarakat sesuai dengan bidangnya masing masing yang terintegrasi dan bersinergi satu sama lain. 

Saat cita-cita mulia peran mahasiswa tersebut dapat diwujudkan, tentunya masih ada satu aspek yang tidak dapat diabaikan. Tentunya sebagai pihak yang padanya digantungkan masa depan bangsa, tanggung jawab intelektual sebagai turunan dari gerakan diagonal tidak bisa dilupakan. Intelektualitas yang dimaksudkan bukan hanya sekedar intelek dalam satu dimensi, tetapi merupakan bentuk intelektualitas paripurna yang merupakan representasi dari tuntutan normatif dari kadar intelektualitas yang diinginkan lingkungan berbangsa dan bernegara. Intelektualitas paripurna ditafsirkan dalam tiga poin, yaitu ekstrapersonal, interpersonal, dan intrapersonal. Ekstrapersonal mewakili dimensi spiritualisme dari manusia, sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksudkan di dalam sila pertama Pancasila. Interpersonal dimaksudkan untuk mewakili dimensi sosial manusia, yang merupakan perwujudan sila ketiga dan kelima dari Pancasila. Kemudian poin Intrapersonal hadir sebagai bentuk penafsiran konsep diri pribadi manusia yang menghayati nilai-nilai sila kedua Pancasila. Pergerakan ini menjadi semacam komponen pendukung atau supporting system antara gerakan vertikal dan horizontal yang tercipta. Outputnya seperti prestasi dan inputnya seperti kegemaran, minat, bakat, media informasi, apresiasi, dan lain sebagainya. Bentuk dari gerakan ini sepatutnya teraplikasikan pada prototype gerakan vertikal maupun horizontal. Sehingga ketika pada akhirnya berdiri sebagai komponen pendukung, gerakan diagonal memiliki kekuatan tersendiri atau yang dikenal dengan istilah intellectual force.

Idealnya, kedua macam pergerakan itu seimbang. Tidak memilih di jalan vertikal atau horizontal saja. Pada realitanya, sebagian dari mahasiswa hanya mau melakukan satu macam gerakan saja. Padahal, hanya berpijak pada satu gerakan saja membuat kualitas moral dan kepekaan sosial yang ingin dicapai cenderung rapuh. Ibarat minyak dan air, kedua tidak bisa bersatu kecuali ada pengental. Di situlah ada gerakan diagonal yang berperan menyatukan. Meskipun nanti pada akhirnya ketiga gerakan ini sulit bersinergi sepenuhnya, namun ada jejak yang ditinggalkan dari setiap catatan pergerakan. Hal yang diharapkan sebenarnya sama, yaitu membawa Indonesia bertransformasi ke arah yang lebih baik. 

Singkat kata, mahasiswa sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang besar baik untuk diri sendiri maupun negeri ini. Tridarma Perguruan Tinggi merupakan landasan dan dasar tanggung jawab mahasiswa yang harus digerakkan secara simultan dan bersama-sama guna menyadari kewajibannya sebagai mahasiswa. 

Berawal dari dasar Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran sebagai media serta sarana untuk transfer ilmu, kemudian dilanjutkan melalui penelitian yang dilihat memiliki keterkaitan pembangunan dalam arti luas yang tidak hanya mengedepankan intelektual, tetapi perlu diterapkan ke masyarakat. Namun juga ditelaah lebih lanjut sebagai proyeksi gambaran masa depan. Selain itu ada satu aspek yang juga tidak kalah penting yaitu pengabdian kepada masyarakat, dalam rangka kontribusi langsung, konkrit, dan dapat dirasakan manfaatnya dalam jangka waktu pendek yang diharapkan menimbulkan umpan balik sebagai pengembangan ilmu teknologi dan pengetahuan lebih lanjut. 

Negeri ini butuh perubahan. Mahasiswa sebagai kaum intelektual merupakan satu-satunya pihak yang masih dipercaya rakyat guna menyampaikan aspirasi mereka kepada para penguasa. Terlaksananya pergerakan secara horizontal dan vertikal sudah layaknya menjadi jiwa yang berakar dalam kehidupan sehari-hari seorang mahasiswa, serta diperlukan keseimbangan antar keduanya dengan meningkatkan aspek pergerakan diagonal sebagai kodrat mahasiswa itu sendiri. Ketiga aspek pergerakan tersebut menjadi identitas seorang mahasiswa khususnya, karena ketiganya merupakan bentuk nyata dari simbol aspiratif, empati, dan intelek yang memberikan posisi mahasiswa di garda terdepan dalam peningkatan kualitas moral dan kepekaan sosial. Buka mata, buka telinga, tingkatkan kepedulian, dan bergeraklah. Lilin-lilin perjuangan mahasiswa tidak boleh mati agar kedzaliman tidak menjadi-jadi!

CV Calon Ketua BEM FEM 2: HADIYANSYAH ANWAR


CURRICULUM VITAE


A.     Data pribadi
Nama                               :  Hadiyansyah Anwar                                                  
Jenis kelamin                     : Laki-laki
Tempat/ tanggal lahir          : Bogor/ 16 April 1992
Umur                                : 20 tahun
Alamat (asal)                      : Jln. Raya Wangun no. 371 RT. 01 RW.03 Kel. Sindangsari Kec. Bogor Timur
No. HP                              : +6285694219211
E-mail                                :  hadiyansyahanwar@gmail.com
Kewarganegaraan                : Indonesia
Agama                               : Islam
Status                                : Belum menikah
Minat dan  Hobi                  : Membaca, mendengarkan musik, dan hiking

B.     Riwayat Pendidikan Formal
Level/ Grade
Tahun
Institusi
Fakultas/ Mayor
Status
Sekolah Dasar
1998-2004
SD Negeri Ciawi 01
-
Lulus
Sekolah Menengah Pertama
2004-2006
SMPN  01 Ciawi
-
Lulus
Sekolah Menengah Atas
2006-2009
SMA Negeri 7 Bogor
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Lulus


Universitas                           : Institut Pertanian Bogor
Tahun                                  : 2010 – sekarang
Fakultas                               : Ekonomi dan Manajemen
Mayor                                 : Agribisnis
NIM                                    : H34100060

C.     Kegiatan Organisasi dan Kepanitiaan Intra kampus
1. Kepala Departemen Pengabdian Masyarakat BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB tahun 2011-2012
2. Ketua Panitia Masa Perkenalan Departemen Agribisnis ‘Agribusiness Present New Comer Angkatan 48 (Agripreneur 48)’tahun 2012
3. Staff Divisi LO ‘Politik CeriaBadan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB tahun 2012
4. Staff Divisi Acara ‘Bogor Art Festival Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB tahun 2011
5. Ketua OSIS SMAN 7 Bogor tahun 2008-2009
6. Ketua OSIS SMPN 1 Ciawi tahun 2005-2006

D.    Penghargaan Prestasi Akademik Mahasiswa
1. Lolos Paper The Role of Indonesia in Utilizing The Early Maturing Sugarcane as The Implementation of Renewable Energy Program for APAEC 2010-2015 International Conference on Asian Agriculture and Animal 2012.
2.   Peraih Dana Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) ‘Produk Inovasi Saripah: Minuman Fungsional dengan Manfaat Rempah dan Buah sebagai Alternatif Minuman Jamu’ tahun 2012
3. Finalis IPB National Business Plan Competition Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB, 2011.

E.     Karya yang pernah ditulis
a.    Anwar, H., Luthan, Adilah, N. The Role of Indonesia in Utilizing The Early Maturing Sugarcane as The Implementation of Renewable Energy Program for APAEC 2010-2015 International Conference on Asian Agriculture and Animal 2012.
b.  Anwar, H., Luthan, Susanti. Sharia Self Finance Scholarship: Model Beasiswa Alternatif yang Berkelanjutan dengan Memanfaatkan Reksadana Syariah bagi Mahasiswa Tidak Mampu. Diikutkan pada Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Gagasan Tertulis (PKM-GT) tahun 2012.
c.  Anwar, H., Utami, H., Ayu, C. Produk Inovasi Saripah: Minuman Fungsional dengan Manfaat Rempah dan Buah sebagai Alternatif Minuman Jamu. Diikutkan pada Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) tahun 2012.
d.   Anwar, H., Sopian, A., Ambarfauziah, N. 2012. Program Percepatan Ketahanan Pangan (PPKP): Solusi Strategis dalam Membangun Pertanian Indonesia. Dipresentasikan pada Peringatan 60 Tahun Peletakan Batu Pertama Institut Pertanian Bogor Baranangsiang pada tanggal 26 April 2012.